Selasa, 08 Januari 2013

kelompok sosial



BAB I
Kelompok sosial


A.Pengertian kelompok sosial
Kelompok sosial adalah kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok juga dapat memengaruhi perilaku para anggotanya.
Secara sosiologis istilah kelompok  mempunyai Pengertian sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan berinteraksi ,di mana dapat mengakibatkan tumbuhnya parasaan bersama.dalam buku sociology an introduction .joseph s.roucek dan roland L.warren (1984) menyatakan bahwa satu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang di antara mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya bahwa kelompok adalah suatu group ,yaitu jumlah orang yang ada antara hubungan satu sama lain dan antara hubungan itu bersifat  sebagai sebuah struktur.
Berikut ini merupakan pengertian dari Kelompok Sodila menurut para Ahli diantaranya :
1.Menurut Sorjono Soekanto
kelompok sosial sebagai himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan yang saling mempengaruhi.
2. Menurut Hendro Puspito
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.

3. Menurut Paul B. Horton & Chaster L. Hunt
Kelompok sosial adalah suatu kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.


B. Ciri-ciri Kelompok Sosial
Kriteria himpunan manusia dapat disebut kelompok sosial menurut Soerjono Soekanto:
·         Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.
·         Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya.
·         Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat, misalnya: nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain.
·         Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku.
·         Bersistem dan berproses.

C.Dasar Pembentukan Kelompok Sosial
Dasar pembentukan Kelompok Sosial berasal dari 4 Faktor diantaranya :
1. Faktor kepentingan yang sama (Common Interest)
2. Faktor darah / keturunan yang sama (common in cestry)
3. Faktor geografis
4. Factor daerah asal yang sama
1. Faktor pembentuk kelompok
Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.
  1. Kedekatan
Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.
  1. Kesamaan
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang leih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4a/Stofa_i_hradbraut.jpg/200px-Stofa_i_hradbraut.jpg
D. Macam-macam kelompok sosial
Gb. 1 Sekolah merupakan salah satu contoh kelompok sosial


Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok menjadi empat macam:
  • Kelompok statistik, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
  • Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial di antara anggotanya.
  • Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan, kerabat.
  • Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh: Negara, sekolah.

E. Klasifikasi Kelompok Sosial

1. Klasisikasi menurut cara terbentuknya
a. Kelompok semu adalah kelompok yang terbentuk secara spontan.

Ciri-ciri kelompok semu :
1). Tidak direncanakan
2). Tidak terorganisir
3). Tidak ada interaksi secara terus menerus
4). Tidak ada kesadaran berkelompok
5). Kehadirannya tidak konstan

Kelompok semu dibagi menjadi :
- Crowd (kerukunan)
- Publik
- Massa

1.Kerumunan
*kerumunan yang beratikulasi dengan struktur sosial

1). Formal audiency / pendengar formal
khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences) merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan ,sifatnya pasif.contohnya adalah penonton film ,orang-orang yang menghadiri khotbah keagamaan.
2). Planned expressive group
Kerumunan yang tidak begitu mementingkan pusat perhatian tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut  serta kepuasaan yang dihasilkan .fungsinya adalah sebagai penyalur  ketegangan-ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contohnya :orang yang berpesta,berdansa,dan sebagainya.

*kerumunan yang bersifat sementara(casual crowds)
1). Inconvenient Causal Crowds
Kerumunan yang sifatnya terlalu sementara tetapi ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama. contohnya : orang antri tiket kereta api

2). Panic Causal Crowds
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik(panic crowds ), yaitu orang –orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya .dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan tersebut mempunyai kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik
3). Spectator Causal Crowds
kerumunan penonton(spector crowds )terjadi karena ingin melihat suatu kejadian tertentu.kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton,tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan ,sedangkan kegiatan-kegiatan juga pada umumnya tak terkendalikan .
*kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds)
1). Ecting Low less Crowds
Kerumunan yang bertindak emosional (acting mobs ) bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan kekuataan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat .biasanya kumpul orang-orang tersebut bergerak karena merasakan bahwa hak-hak mereka diinjak-injak atau karena tak adanya keadilan.contohnya: para buruh yang berdemo.
2). Immoral low less crowds
Kerumunan yang bersifat immoral(immoral crowds) hampir sama dengan kelompok ekspresif. Bedanya adalah kerumunan yang bersifat bertentangan dengan norma-norma masyarakat. contohnya : orang-orang yang sedang minuman-minuman keras.

2.Publik
Perbedaannya publik kemungkinan terbentuknya tidak pada suatu tempat yang sama. Terbentuknya publik karena ada perhatian yang disatukan oleh alat-alat komunikasi, seperti : radio, tv dan pengeras suara.

3.Massa
Massa, merupakan kelompok semu yang memiliki ciri-ciri hampir sama dengan kerumunan, tetapi kemungkinan terbentuknya disengaja dan direncanakan.
contohnya : mendatangi gedung DPR dengan persiapan sehingga tidak bersifat spontan.

b. Kelompok Nyata, mempunyai beberapa ciri khusus sekalipun mempunyai berbagai macam bentuk, kelompok nyata mempunyai 1 ciri yang sama, yaitu kehadirannya selalu konstan.

Ciri-ciri Kelompok Nyata :

1). Kelompok Statistical Group
Kelompok statistic biasanya terbentuk karena dijadikan sasaran penelitian oleh ahli-ahli ststistik untuk kepentingan penelitian.

Ciri-ciri kelompok statistik :

a. Tidak direncanakan, tetapi bukan berarti sangat mendadak melainkan sudah terbentuk dengan sendirinya.
b. Tidak terorganisir
c. Tidak ada interaksi terus menerus
d. Tidak ada kesadaran berkelompok
e. Kehadirannya konstan

2). Societal Group / Kelompok Kemasyarakatan
Kelompok societa memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, seperti jenis kelamin, warna kulit, kesatuan tempat tinggal, tetapi belum ada kontak dan komunikasi di antara anggota dan tidak terlihat dalam organisasi.

3). Kelompok sosial / social groups
Para pengamat sosial sering menyamakan antara kelompok sosial dengan masyarakat dalam arti khusus. Kelompok sosial terbentuk karena adanya unsur-unsur yang sama seperti tempat tinggal, pekerjaan, kedudukan, atau kegemaran yang sama. Kelompok sosial memiliki anggota-anggota yang berinteraksi dan berkomunikasi secara terus menerus. Contoh : ketetanggaan, teman sepermainan, teman seperjuangan, kenalan, dan sebagainya.

4). Kelompok asosiasi / associational group
Kelompok asosiasi adalah kelompok yang terorganisir dan memiliki struktur formal (kepengurusan).


Ciri-ciri kelompok asosiasi :

1. direncanakan
2. terorganisir
3. ada interaksi terus menerus
4. ada kesadaran kelompok
5. kehadirannya konstan

Klasifikasi Kelompok Nyata

Klasifikasi kelompok sosial menurut erat longgarnya ikatan antar anggota menurut Ferdinand Tonnies:
  1. Paguyuban (gemeinschaft)
Paguyuban atau gemeinschaft adalah kelompok sosial yang anggota-anggotanya memiliki ikatan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Ciri-ciri kelompok paguyuban :
  • Terdapat ikatan batin yang kuat antaranggota
  • Hubungan antar anggota bersifat informal
Tipe-tipe paguyuban
·         Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood)
Kelompok genealogis adalah kelompok yang terbentuk berdasarkan hubungan sedarah. Kelompok genealogis memiliki tingkat solidaritas yang tinggi karena adanya keyakinan tentang kesamaan nenek moyang.
Contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
·         Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place)
Komunitas adalah kelompok sosial yang terbentuk berdasarkan lokalitas. Contoh: Beberapa keluarga yang berdekatan membentuk RT(Rukun Tetangga), dan selanjutnya sejumlah Rukun Tetangga membentuk RW (Rukun Warga).
Contoh: Rukun Tetangga, Rukun Warga.
·         Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)
Merupakan suatu gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggal tidak berdekatan ,tetapi mereka mempuyai jiwa dan pikiran yang sama, ideologi yang sama,paguyuban semacam ini biasanya ikatannya tidaklah sekuat paguyuban karena darah dan keturunan.
Contoh: partai politik berdasarkan agama
  1. Gesselschaft / patembangan
Merupakan ikatan lahir yang bersifat kokoh untuk waktu yang pendek, strukturnya bersifat mekanis dan sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.
Contoh : ikatan antar pedagang, organisasi dalam sebuah pabrik.
Ciri-ciri kelompok patembayan :
  • hubungan antaranggota bersifat formal
  • memiliki orientasi ekonomi dan tidak kekal
  • memperhitungkan nilai guna (utilitarian)
  • lebih didasarkan pada kenyataan sosial
http://1.bp.blogspot.com/__wKSIY9nq2Q/TLWcHWGKDcI/AAAAAAAAC7g/B047jLT2DpQ/s1600/perbedaan.gemeinshaft.jpg

2. Klasifikasi Menurut Kualitas Hubungan Antar Anggota

a. Kelompok Primer (Primary Group)
Merupakan suatu kelompok yang hubungan antar anggotanya saling kenal mengenal dan bersifat informal.
Contoh : keluarga, kelompok sahabat, teman, teman sepermainan

b. Kelompok Sekunder (secondary Group)
Merupakan hubungan antar anggotanya bersifat formal, impersonal dan didasarkan pada asas manfaat.
Contoh : sekolah, PGRI

3. Klasifikasi Menurut Pencapaian Tujuan

a. Kelompok Formal

Merupakan kelompok yang memiliki peraturan-peraturan dan tugas dengan sengaja dibuat untuk mengatur hubungan antar anggotanya.
Contoh : Parpol, lembaga pendidikan

b. Kelompok Informal

Merupakan kelompok sosial yang terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang dan memiliki kepentingan dan pengalaman yang sama.
Contoh : anggota OSIS

4. Klasifikasi menurut pendapat K. Merthon

a. Membership Group
Merupakan kelompok sosial yang setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Contoh : Anggota OSIS

b. Reference Group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya sesuai dengan kelompok acuan tersebut.
Contoh : Anggota ABRI

5. Klasifikasi menurut sudut pandang individu

a. In Group
Merupakan kelompok sosial tempat individu mengidentifikasikan diri.konsepin group digunakan pada anggota kelompok yang memiliki persahabatan,kerjasama,dan keteraturan .in group atau “kelompok dalam” terbentuk karena adanya kesamaan di antara para anggotanya.contohnya, siswa sebuah SMA akan merasa memiliki ikatan dengan sekolahnya sehingga ia akan mengatakan sekolah kami kepada siswa sekolah lain ketika mereka berjumpa.

b. Out Group
Merupakan kelompok sosial yang menjadi lawan dari in group.out group atau kelompok luar adalah anggota kelompok lain yang cenderung ditandai rasa kebencian dan rasa permusuhan. Sikap out group ialah semua usaha dari orang-orang yang tidak termasuk kedalam in group yaitu sikap perasaan terhadap semua orang yang termasuk ” orang luar”. Contohnya, ketika terjadi konflik sosial antarpenduduk  kampung, maka perasaan dan anggapan out group  akan membahayakan keberadaan in group sehingga solidaritas pada kelompok dalam semakin kuat, sedangkan prasangka terhadap kelompok luar juga semakin tajam.

c. Kelompok Okupasional
Adalah kelompok  yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan ,dimana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis.contohnya;kelompok profesi, seperty asosiasi sarjana farmasi,ikatan dokter indonesia dan lain-lain.
d.Kelompok Volunter
adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan sama,namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat.melalui kelompok ini diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.

F. Dinamika Kelompok Sosial
Yaitu suatu proses perkembangan dan perubahan akibat adanya interaksi dan interdependensi baik antar anggota kelompok maupun antara suatu kelompok dengan kelompok lain.

Faktor-faktor pendorong dinamika sosial :

A. Faktor dari luar (Extern)

1. Perubahan Sirkulasi Sosial

Disebabkan dari kemerdekaan wilayah, masuknya industrialisasi ke pertanian dan adanya temuan-temuan baru.

2. Perubahan Situasi Ekonomi

Dapat menyebabkan suatu kelompok sosial berkembang, misalnya masyarakat perkotaan. Kelompok kekerabatan akan bergeser menjadi hubungan sosial berdasarkan kepentingan sehingga kelompok kekerabatan yang termasuk klasifikasi ke kelompok primer berubah menjadi kelompok kepentingan yang termasuk klasifikasi kelompok sekunder.

3. Perubahan Situasi Politik

Seperti perubahan elit kekuasaan, perubahan kebijakan dan sebagainya. Menyebabkan perkembangan pada kelompok-kelompok sosial.

B. Faktor dari dalam (Intern)
1. Adanya konflik antar anggota kelompok
2. Adanya perbedaan kepentingan
3. Adanya perbedaan paham

pengantar ilmu politik Sistem Kepartaian yang Ideal


Tugas Pengantar Ilmu Politik



Kelompok :



Dafista Fidel B                          1216051028
Dwi Prasetyo                             1216051034
Fidyananta Malanov                 1216051042
Riska Devita Jaya                     1216051090
Septian saputra                         1216051098






Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Ilmu Administrasi Bisnis­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­
Universitas Lampung






Sistem politik

Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap di antara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek, sedangkan peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari suatu sistem politik. Dengan mengubah sudut pandang maka sistem politik bisa dilihat sebagai kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberian oleh pemerintahan untuk bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem politik adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik diukur dari kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah. Pandangan ini tidak membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.
1. Pengertian Sistem
·    Secara umum,sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang didalamnya melibatkan elemen-elemen atau bagian-bagian yang saling berkaitan.Dengan demikian,dapat diketahui bahwa sistem ialah suatu yang berhubungan satu sama lain sehingga membentuk suatu kesatuan.
·    Sistem adalah suatu cara yang mekanismenya berpola dan konsisten,bahkan mekanismenya sering bersifat otomatis.
2. Pengertian Politik
        Pada umumnya,politik diartikan sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu negara (sistem politik) yang menyangkut proses penentuan tujuan-tujua dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Politik menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat,dan bukan tujuan pribadi seseorang.Lagi pula,politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan orang-perseorangan.
3. Pengertian Sistem Politik
       
Sistem politik adalah semua tindakan yang kurang lebih berkaitan dengan pembuatan keputusan-keputusan yang mengikan masyarakat.Pada hakikatnya,sistem politik melaksanakan fungsi-fungsi mempertahankan kesatuan masyarakat,menyesuaikan,dan merubah unsur pertautan hubungan antara agama dan sistem ekonomi,serta melindungi kesatuan sistem politik dari ancaman luar atau mengembangkan kemasyarakat lain.









SISTEM KEPARTAIAN DAN SISTEM PEMILU
YANG IDEAL DI INDONESIA

Demokrasi pada zaman modern saat sangatlah berbeda dengan demokrasi klasik pada masa Yunani. Demokrasi klasik biasa disebut dengan demokrasi langsung, sebab suara atau aspirasi rakyat didengarkan secara langsung oleh pemerintah. Namun pada masa sekarang, demokrasi langsung sudah tidak bisa dilaksanakan. Hal tersebut karena pertumbuhan penduduk yang sangat signifikan di semua Negara di dunia. Oleh sebab itu, demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi tidak langsung. Dimana suara atau aspirasi rakyat disampaikan oleh wakil mereka yang dipilih melalui pemilihan umum.
Aktor yang diutus sebagai wakil tidak dapat dipilih secara aklamasi atau penunjukan. Akan tetapi harus melalui sebuah proses pemilihan, atau biasa disebut melalui pemilihan wakil rakyat (di Indonesia disebut DPR). Indonesia sebagai salah satu negara penganut sistem demokrasi, juga menentuka presiden dan wakil rakyatnya melalui proses pemilihan umum.
Pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia dilaksanakan setiap lima tahun sekali, guna memilih kembali presiden beserta wakilnya dan anggota parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. Pemilihan Umum diikuti oleh beberapa partai yang mendaftar dan lolos verifikasi. Partai yang berhak untuk ikut dalam Pemilu adalah partai yang memenuhi syarat sesuai dengan sistem kepartaian dan sistem Pemilu. Sistem kepartaian dan sistem Pemilu disetiap Negara tidaklah sama. Sebab ada beberapa macam system kepartaian dan juga ssitem Pemilu. Hal tersebut harus disesuaikan dengan sistem politik yang dianut dan kondisi social masyarakat.
Untuk itu, dalam paper ini akan dianalisis mengenai sistem kepartaian dan sistem Pemilu yang ideal untuk Negara Indonesia. Dalam hal ini, yang sesuai dengan sistem politik dan kondisi social masyarakat. Namun karena sistem kepartaian dan sistem Pemilu adalah dua entitas yang berbeda, maka akan dibahas secara terpisah. Yang pertama akan dibahas adalah sistem kepartaian. Hal tersebut karena menurut penulis bahwa sistem Pemilu yang egaliter tidak akan bisa tercapai dalam sistem kepartaian yang hegemonic. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan pada bagian berikut ini.
A.   Sistem Kepartaian
Sistem kepartaian merupakan suatu mekanisme interaksi antar partai dalam sebuah sistem politik. Karena tujuan utama dari partai politik adalah untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam rangka mewujudkan program yang disusun berdasarkan ideology tertentu. Maka untuk merealisasikan program tersebut, partai-partai politik yang ada berinteraksi dalam suatu sistem kepartaian. Secara klasik, Maurice Duverger menyebutkan ada tiga sistem partai yang dapat mewujudkan interaksi antar partai. Ketiga sistem tersebut ialah one party system (sistem satu partai), two party system (sistem dua partai), dan serta multy party system (sistem banyak partai). Sistem satu partai maksudnya hanya ada satu partai, seperti Partai Komunis di China. Sistem dua partai ialah bahwa ada dua partai dalam Pemilu, seperti Partai Republik dan Demokrat di Amerika Serikat. Sedangkan sistem banyak partai, Pemilu diikuti oleh lebih dari lima partai seperti di Indonesia.




Namun menurut Giovanni Sartori tidak hanya jumlah partai yang perlu diperhatikan dalam system kepartaian, tetapi perlu juga diperhatikan jarak ideologis antar partai. Oleh sebab itu, Sartori mengategorikan sistem kepartaian menjadi tiga, yakni: Predominant party system, moderate pluralism system, serta polarized pluralism system.
Penulis lebih memilih opsi yang ditawarkan oleh Giovanni Sartori untuk diterapkan di Indonesia. Sebab ketiganya merupakan sistem multipartai, sehingga sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen. Namun hal kedua, yakni jarak ideology masih penting untuk diuraikan sebab tidak mungkin Indonesia menganut ketiga sistem yang ditawarkan. Dalam predominant party system, tidak ada jarak ideologi antar partai. Sehingga partai manapun yang menang dalam Pemilu, tidak aka nada perbedaan yang signifikan dalm programnya. Pada moderatepluralism system sudah ada jarak ideology, hanya saja masih relatif sedikit. Sedangkan dalam polarized pluralism system, jumlah partai yang ikut dalam Pemilu cenderung banyak karena kondisi masyarakat yang heterogen. Selain itu jarak ideology sudah sangat berbeda, bahkan terkadang sangat bertentangan antara satu partai dengan partai yang lain.
Dengan melihat dan menganalsis ketiga sistem kepartaian yang ditawarkan oleh Giovanni Sartori tersebut. Penulis menyimpulkan bahwa sistem yang cocok untuk Indonesia adalah polarized pluralism system. Ada beberapa alas an sehingga penulis memilih sistem tersebut. Yang pertama adalah kondisi masyarakat Indonesia yang sangat heterogen. Masyarakat Indonesia terdiri atas ratusan etnis, banyak kelompok, banyak agama dan latar belakang yang beraneka ragam. Setiap kelompok memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda, sehingga tidak mungkin dilebur dalam satu partai. Oleh sebab itu, maka jumlah partai harus banyak.
Yang kedua adalah mengenai perbedaan ideologi dalam masyarakat. Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai kelompok, baik itu kelompok suku, kelompok agama maupun kelompok kerja. Setiap kelompok memiliki ideologi yang berbeda pula. Dari segi agama saja misalnya: ada yang berideologi islam, ada yang berideologi Kristen, dan ada juga yang berideologi nasionalis.
Semua masalah tersebut dapat diselesaikan melalui polarisasi dalam kemajemukan. Itulah sebabnya penulis merasa bahwa system kepartaian yang cocok dan ideal untuk diterapkan di Indonesia adalah polarized pluralism system.

B.   Sistem Pemilu
Ada banyak jenis sistem pemilihan umum yang saat ini diimplementasikan di seluruh dunia. Namun secara sederhana, hanya ada tiga sistem pemilihan umum yang dikenal dewasa ini. Ketiga sistem tersebut ialah sistem pemilihan mayoritas plural (plural majority), sistem pemilihan proporsional (representasi), dan sistem pemilihan semi proporsional.
Sistem Pemilu mayoritas plural lebih menekankan pada perwakilan setempat melalui penggunaan distrik pemilihan yang kecil dan beranggota tunggal. Sebaliknya, sistem Pemilu Proporsional menggunakan distrik yang lebih besar dan anggota yang banyak serta hasil yang lebih proporsional. Sedangkan sistem semi proporsional merupakan campuran dari model-model umum dengan model proporsional. Maksudnya sebagian dari badan legislatif dipilih melalui perwakilan proporsional dan sebagian melalui distrik lokal.



Sistem yang pertama yakni sistem pemilihan plural majority, menurut penulis tidak cocok diterapkan di Indonesia. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang telah dijelaskan pada uraian sistem kepartaian diatas. Masyarakat Indonesia sangat beraneka ragam latar belakang dan kebutuhannya, sehingga harus diwakili oleh anggota arlemen yang berbeda pula. Sementara dalam sistem pemilihan plural majority, anggota parlemen yang terpilih adalah tunggal. Wakil tunggal tidak akan bisa mewakili aspirasi atau kebutuhan yang beraneka ragam.
Sistem pemilihan proporsional juga menurut penulis kurang sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Dalam sistem proporsional, perolehan suara partai secara nasional akan sama dengan perolehan kursi di parlemen. Hal tersebut sangat berbahaya apabila suara sebuah partai secara nasional lebih dari 50 persen, yang juga akan diikuti oleh kursi parlemen yang lebih dari 50 persen. Suara atau aspirasi partai atau wakil rakyat lain tidak akan terakomodasi secara baik. Hal tersebut karena partai pemenang pemilu akan tetap menang juga bila diadakan voting dalam menentukan suatu kebijakan. Sehingga kebijakan yang akan diambil berpotensi untuk tujuan kepentingan kelompok atau partai yang menang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka sistem yang cocok untuk diterapkan di Indonesia adalah sistem semi proporsional. Sistem ini merupakan gabungan antara sistem mayoritas plural dan sistem proporsional. Dalam sistem ini, terdapat daftar-daftar calon seperti pada sistem proporsional yang digabungkan dengan sistem distrik pluralmajority. Melalui sistem ini, maka kemungkinan terpilihnya calon legislatif yang kuat dari kaum minoritas. Dalam sistem semi proporsional, yang akan menjadi anggota legislatif terpilih adalah mereka yang memperoleh suara terbanyak, bukan yang bernomor urut kecil. Melalui sistem ini pulalah, sebuah partai akan memiliki daerah basis massa yang absolute. Hal tersebut karena sistem semi proporsional memberi peluang untuk terpilihnya lebih dari satu calon dari satu partai dalam saru distrik. Itulah beberapa alasan, mengapa penulis berpendapat bahwa sistem semi proporsional-lah yang paling sesuai untuk diterapkan di Indonesia